Guru, Blog, dan Profesionalisme


guru.jpg

Konon, di dunia ini hanya ada dua profesi, yaitu guru dan bukan guru (maaf, yang bukan guru jangan tersinggung lho!). Ironisnya, di negeri ini guru baru diakui sebagai profesi setelah UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen diluncurkan. Padahal, tidak kurang dari 7 juta orang di negeri ini menekuni profesi sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. (Kira-kira sebelum diakui sebagai sebuah profesi, guru itu diakui sebagai pekerjaan apa ya? Pekerja atau buruh? Entahlah! Yang pasti, seorang guru yang memiliki “dunia panggilan” agaknya tak akan risau dengan embel-embel istilah macam apa pun. Saya kira kerisauan seorang guru hanya satu, yakni kalau siswa didiknya gagal jadi orang baik-baik, he-he-he).

Lalu, apa hubungannya dengan judul postingan ini? Begini! Karena sudah diakui sebagai profesi, mau atau tidak, seorang guru juga mesti meningkatkan kualitas diri. Dalam PP 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (pasal 28) disebutkan bahwa guru atau pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi, yakni: kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial. (Nah, tuh!) Satu di antara keempat kompetensi tersebut yang dinilai paling rumit dan kompleks adalah kompetensi profesional. Ya, dalam bahasa kerennya, kompetensi profesional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut, serta menambah wawasan keilmuan sebagai guru.

Secara rinci masing-masing elemen kompetensi tersebut memiliki subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut.

(1) Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antarmata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
(2) Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.

Nah, kalau kita tarik benang merahnya, blog sangat erat kaitannya dengan pengembangan kompetensi profesional guru, baik subkompetensi pertama maupun kedua. Melalui blog, guru akan terangsang untuk terus meningkatkan kualitas diri dengan memosting berbagai jenis tulisan yang bermanfaat bagi kepentingan dunia pembelajaran di sekolah. Dengan cara demikian, secara tidak langsung, blog bisa menjadi sebuah media “katarsis” dalam mencerahkan dunia pembelajaran di sekolah. Kekuatan “link” antarweb dan blog dalam dunia internet menyediakan bunga rampai pengetahuan yang (nyaris) tak terbatas bagi seorang guru.

Selain itu, melalui blog guru juga akan mudah melakukan ekspresi diri. Temuan-temuan praktis dari dunia pembelajaran bisa diangkat dan menjadi sebuah wacana yang menarik dalam sebuah blog sehingga bisa memancing siapa pun yang memiliki kepedulian terhadap dunia pendidikan untuk berkomentar atau berdiskusi. Bukankah ini sebuah “kekuatan” yang hampir tidak dimiliki oleh media mana pun?

Blog bagi guru, selain bisa didesain sebagai ajang aktualisasi diri — meminjam istilah Abraham Maslow — juga bisa dimanfaatkan untuk berdiskusi, sharing pengalaman, atau publikasi hasil penelitian dan inovasi pembelajaran. Ini artinya, blog sudah sangat cukup untuk mendukung pengembangan profesionalisme guru. Bukankah blog sangat erat kaitannya dengan dunia tulis-menulis?

Sudah sangat lama kita menyaksikan guru yang kariernya hanya mentok di golongan IV-a. Penyebabnya ialah lemahnya kemampuan menulis. Sebab, berdasarkan aturan mengenai Penilaian Angka Kredit (PAK) , guru yang hendak naik ke golongan IV-b dan seterusnya diwajibkan untuk mengumpulkan angka kredit pengembangan profesi, seperti hasil penelitian, artikel ilmiah populer, buku teks, dll. sebanyak 12 poin. Syarat seperti ini dinilai sangat memberatkan bagi guru. Belum lagi prosedur birokrasi yang rumit dan ruwet. Pemeo “kalau bisa dibuat sulit mengapa dipermudah” agaknya juga berlaku dalam birokrasi pendidikan kita.

Nah, ketika Indonesia sudah menjadi bagian dari masyarakat dunia, guru pun idealnya juga harus siap “jemput bola”. Memang, saat ini sudah banyak blog yang didesain oleh para guru kreatif yang jauh mendahului teman-teman sejawatnya yang lain. Postingan mereka sudah mencapai ratusan dengan jumlah pengunjung mencapai puluhan ribu. Para guru yang berminat dan berniat untuk memasuki dunia blog, ada baiknya melakukan “blogwalking” di blog-blog guru “senior” yang begitu gampang diakses. Apalagi, kini atmosfer dunia pendidikan kita sudah sangat memungkinkan bagi guru untuk berinteraksi secara online. Bukankah Jardiknas telah membuka jaringan ICT-Center di berbagai daerah dan membuka akses ke berbagai sekolah? Ini artinya, tak ada alasan bagi guru untuk tidak bersentuhan dengan teknologi internet.

Seiring dengan meningkatnya akses guru terhadap dunia internet, agaknya perlu ada kajian ulang mengenai persyaratan angka kredit pengembangan profesi guru. Sudah saatnya blog guru dijadikan sebagai syarat pengumpulan angka kredit pengembangan profesi. Kualitas blog guru bisa dilihat berdasarkan jumlah postingan dan kemampuan guru menularkan ilmu pengetahuan yang dimiliki melalui blognya. Dengan kata lain, blog bisa dijadikan sebagai dokumen portofolio yang menggambarkan potret kepribadian dan kinerja guru.

Nah, rekan-rekan sejawat yang belum punya blog, buruan buat. Siapa tahu Pak Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Mendiknas berkenan membaca postingan ini (tak mungkin lah yau!!!), lantas bikin kebijakan agar blog guru bisa dijadikan sebagai salah satu syarat pengajuan angka kredit pengembangan profesi guru. Sekali lagi siapa tahu? Nah, bagaimana? ***

==========================

Update:

Tulisan ini masuk Top Indonesian Spiritual Post untuk kategori: Reformative.

Untuk mengetahui informasinya, klik di sini.

Untuk nominasi sebelumnya, klik di sini.

26 Komentar (+add yours?)

  1. mathematicse
    Agu 16, 2007 @ 06:30:41

    Hmmh, artikel yang menarik sekali pak….

    Apakah saya sudah memenuhi syarat kompetensi itu belum ya? (Wah saya harus introspeksi nih, jangan-jangan belum sampai…, artinya saya mesti banyak belajar).

    Saya berharap dan mendukung ide bapak, suatu hari nanti, entah kapan, blog bisa dijadikan salah satu penilaian angka kredit. (Karena, menulis di blog juga tidak sembarangan kan pak? Setuju tidak nih?).

    Btw, walau saya belum berpengalaman dalam hal ajar-mengajar (apalagi mendidik), saya setuju bila dikatakan guru itu akan risau manakala anak didiknya gagal jadi orang baik-baik.
    Teruslah berkarya pak…, saya nantikan tulisan-tulisan berikutnya…. 😀

    ————
    Itu harapan para guru blogger, Pak. Blog pun tak kalah bermutu dengan karya ilmiah, bukan?

    Balas

  2. SQ
    Agu 16, 2007 @ 12:51:18

    waduh, kayaknya saya sebagai calon guru mesti banyak belajar nih, blog saya juga belum setengah bulan umurnya, mohon masukannya ya pak…boleh ga saya blognya saya taut di blogroll saya ?

    ———–
    Ketika saya kunjungi Blog milik Bung dah lumayan bagus, kok. Padat, berisi. Yang penting perbanyak saja silaturahmi ke sesama blogger. Dari situ kita bisa saling menimba ilmu. Setuju, Bung? Ok, makasih kalau dah berkenan menaut blog saya.

    Balas

  3. Trackback: sholat boleh di langgar « kang tutur’s weblog
  4. hanna
    Agu 16, 2007 @ 20:30:32

    Menarik sekali pak topiknya.Kalau saya harus belajar banyak nih dari bapak.

    —————-
    Jadi makin bersemangat untuk posting nih, Mbak. Ok, makasih Mbak Hanna.

    Balas

  5. alex
    Agu 17, 2007 @ 01:21:09

    Aku baca postingan ini jadi ingat ibu dan kerabat2 yang jadi guru. Kaum pemakan beras catu, kata ibu dulu. 😀

    *bangga jadi anak guru*

    Eh, Bung Sawali ini guru kah?

    ————
    Betul, Bung, saya seorang guru Bahasa Indonesia. Kan bisa dibaca di sini.

    Balas

  6. alex
    Agu 17, 2007 @ 04:14:25

    Betul, Bung, saya seorang guru Bahasa Indonesia. Kan bisa dibaca di sini.

    Wah, benar ternyata guru, euuyy…!

    Aku jadi makin ingin pulang kampung untuk mengenalkan blog pada guru-guru di sana. Setidaknya yang dari angkatanku. Mumpung di daerah lagi banyak bantuan komputer.

    Oh ya. Murid-muridnya diajak ngeblog juga nggak? 😀

    ———————
    Ya, kini internat dah masuk sekolah sejak ada JARDIKNAS. Dus, apa susahnya guru ngeblog? Makasih juga kalau Bung Alex telah berkenan ikut memperhatikan dan memberdayakan teman-teman guru. Salut, deh!

    Balas

  7. 9uBr4K5
    Agu 17, 2007 @ 12:55:13

    antara guru & profesionalisme = guru yg profesional

    HIDUP GURU !

    HIDUP PROFESIONAL !

    😀

    Salam kenal…

    Peace, Love `N Harmony !

    ————————–
    Ok, makasih kunjungannya. Hidup Guru Indonesia! Merdeka!

    Balas

  8. Kang Adhi
    Agu 17, 2007 @ 17:59:29

    Banyak guru gak punya blog. Selain budaya ini masih asing, akses internet masih terbilang mahal dibandingkan dengan gajinya mungkin pak. Salut untuk Anda juga pak Helgeduelbek yang lama menghilang nih.

    —————————-
    Sebenarnya sekolah sudah amat mudah mengakses internet sejak ada JARDIKNAS. Dana operasional pun sudah didukung oleh BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Dus, masalah akses internet nggak begitu repot, kecuali sekolah-sekolah rintisan (rintihan, he3X) yang ada di daerah-daerah pinggiran yang belum terjangkau. Jadi Kang Adhi, guru nggak susah lagi bikin blog. Mungkin hanya pemahaman dan kemampuan mengakses internet saja yang masih menjadi kendala bagi sebagian besar teman-teman guru di negeri ini.

    Balas

  9. caplang™
    Agu 17, 2007 @ 19:28:43

    saya juga dulu pernah ngajar selama 2 taun
    tapi kemudian ganti profesi
    jangan tanya ngajar apa yak 😀

    pak, apa ada hubungannya dengan program Internet Goes To School yg iklannya lagi gencar di tipi?
    apa perlu bikin kelas virtual?
    jadi semacam chatroom gitu
    yg bolos ga ketauan deh 😆

    ——————————
    He..he..he…. internet memang lagi getol-getolnya dipropagandakan di sekolah. Sayangnya, program itu belum banyak dimanfaatkan oleh teman-teman guru untuk membikin murid-muridnya jadi cerdas. Bahkan sekadar untuk bikin blog saja masih banyak temen guru yang ogah melakukannya.

    Balas

  10. enggar
    Agu 17, 2007 @ 20:16:58

    Betul itu Pak. Kerisauan dan kesedihan guru adalah jika melihat murid-murid nya gagal menjadi orang baik-baik dan kebahagiaan seorang guru adalah jika melihat anak didiknya berhasil menjadi orang yang berguna dan bermanfaat bagi diri dan sesama.

    —————–
    100 buat Bu Enggar. Barangkali itulah yang melatarbelakangi terciptanya idiom “pahlawan tanpa tanda jasa”.

    Balas

  11. andalas
    Agu 20, 2007 @ 20:07:03

    gerakan menuju profesionalitas guru mesti di dukung ya pak!?!

    semoga, dengan guru yang semakin profesional, akan melahirkan pendidikan yang bermutu bagi generasi penerus kita 🙂

    ————-
    Ok, mestinya begitu, Pak, biar anak-anak bangsa negeri ini bisa menikmati pendidikan dalam pengertian yang sesungguhnya.

    Balas

  12. eNPe
    Agu 28, 2007 @ 13:29:10

    thx atas infonya. blog bpk bagus banget. salam kenal y

    —————-
    Ah, biasa2 saja, Bu. Ok, trims banget kunjungannya, ya, Bu.

    Balas

  13. fitri
    Sep 06, 2007 @ 13:08:15

    makasih pak, tulisan bapak membuat saya ingin segera menyelesaikan blog saya yg lagi macet

    Balas

  14. Zulfaisal Putera
    Sep 29, 2007 @ 10:50:13

    Senang membaca web Anda. Jika berkenan, tautkan juga webblog saya pada blogroll Anda. Trims

    Balas

  15. Slamet Wiyono
    Nov 05, 2007 @ 15:19:27

    Salut atas Web Bapak, jika berkenan sudilah kiranya Bapak berkunjung ke Weblog saya dan beri masukan atas tampilan dan jenis posting yang harus saya benahi.Dan jika bapak berkenan lagi sudilah kiranya bapak mengijinkan saya membuat link ke Blog Bapak. Terima kasih.

    Balas

  16. Slamet Wiyono
    Nov 05, 2007 @ 15:22:13

    Saya baru belajar bikin blog,sudilah kiranya bapak berkunjung ke Weblog saya, dan mohon masukannya. Salut atas atensi bapak d dunia Pendidikan.

    Balas

  17. Sawali Tuhusetya
    Nov 06, 2007 @ 00:18:02

    @ fitri:
    Sykurlah Bu. Banyak hal yang bisa kita dapatkan melalui blog, di antarannya bisa menjalin silaturahmi dan sekaligus belajar bersama. OK, makasih.

    @ Zulfaisal Putera:
    OK, makasih Pak Zul. Blog Bapak dah lama saya taut di blogroll. OK.

    @ Slamet Wiyono:
    OK, makasih, pak. Kita sama2 belajar, ya, Pak. Ok, nanti saya coba berkunjung ke blog Bapak. Dan terima kasih atas apresiasinya. Salam.

    Balas

  18. joy adiwisastra
    Des 04, 2007 @ 15:24:14

    guru sering disebut pahlawan tanpa tanda jasa, tapi saya sendiri sudah hampir 8 tahun di IV/a, sudah membuat makalah 8 buah sedah 2 tahun tak ada kabar beritanya

    Balas

  19. Sawali Tuhusetya
    Des 04, 2007 @ 15:42:41

    @ joy adiwisastra:
    Walah, ternyata banyak juga ya, Pak, guru yang mentok pangkatnya di IV-A. Kayaknya model penilaiannya kok mesti diubah, ya, Pak. Banyak guru mengeluh karena ndak tahu letak kesalahannya ketika mengajukan makalah atau karya tulis ilmiah untuk angkat kredit pengembangan profesi ke IV-B. Makanya, saya mengusulkan, blog juga bisa dilirik sebagai salah satu angka kredit pngembangan profesi.

    Balas

  20. Trackback: Blog Guru « JALUR LURUS
  21. muid01
    Jan 28, 2008 @ 16:43:41

    Assalamu ‘alaikum, Saya dah cukup lama melihat tulisan bapak ini, namun tidak begitu tertarik membacanya karena saya belum mempunyai blog. Setelah lama saya pikir kok enak juga punya blog dengan alasan yang tidak bisa saya jawab ketka ada orang bertanya mengapa saya buat blog. Lucu, ya. Kemudian saya tertarik membaca tulisan Bapak. Mulai dari sebab itulah saya mencoba buat blog dengan kemampuan seadanya. Singkat saja silakan Bapak berkunjung ke blog saya dan kalau tidak keberatan mohon beri masukan yang banyak. Dan kalau tidak keberatan bisa dilink ke blog Bapak. Terima kasih banyaaaak. Wa’alaikum salam.

    Balas

  22. muid
    Jan 30, 2008 @ 08:20:58

    Assalamu ‘alaikum, Saya dah cukup lama melihat tulisan bapak ini, namun tidak begitu tertarik membacanya karena saya belum berpikiran mempunyai blog. Setelah lama saya pikir kok asyik juga punya blog dengan alasan yang tidak bisa saya jawab ketika ada orang bertanya mengapa saya buat blog. Lucu, ya. Kemudian saya tertarik membaca tulisan Bapak. Mulai dari sebab itulah saya mencoba buat blog dengan kemampuan seadanya. Singkat saja silakan Bapak berkunjung ke blog saya (maaf belum ada apa-apanya) dan kalau tidak keberatan mohon beri masukan yang banyak dandilink ke blog Bapak. Terima kasih banyaaaak. Wa’alaikum salam.

    Balas

  23. Ariff
    Jan 31, 2008 @ 06:33:01

    Assalamu ‘alaykum,

    Saya amat tertarik dengan penulisan tuan… Sebenarnya, saya amat memerlukan bantuan tuan. Saya ketandusan idea untuk satu pertandingan esei yg bertema Terima kasih guru… Mungkin, tuan boleh membekalkan saya dengan beberapa idea yg bernas… yg lain daripada yg lain…. pertandingan ini adalah antara pertandingan yg paling berprestij di malaysia… sekiranya berhasil, ingin benar saya memenangi pertandingan ini sekali lagi (pernah menang pada tahun 2004 – johan negeri)…. jumlah perkataannya adalah sekurang2nya 1000 patah perkataan… saya amat buntu pertolongan tuan… sila balas melalui email saya… sekian….

    Balas

  24. Herri Mulyono
    Mei 09, 2008 @ 14:14:09

    Untuk yang berminat gabung tukar ide dan pikiran tentang bahasa inggris, pengajaran bahasa inggris disekolah, serta teknologi dan metode terbaru dalam belajar dan mengajar bahasa Inggris, silahkan kunjung blog saya http://www.myenglish01.wordpress.com

    Isi website ditulis dalam bahasa inggris, jadi sebagai seorang guru bahasa inggris, anda juga diharapkan untuk memiliki kemampuan yang memadai dalam memahami teks berbahasa inggris. Saran, komentar, serta informasi terbaru dapat diakses dan anda juga dapat memberikan kontribusi dalam pengajaran bahasa inggris

    Balas

  25. Trackback: Catatan Sawali Tuhusetya
  26. Trackback: Blog Guru – Catatan Sawali Tuhusetya

Tinggalkan komentar